CINTA.Aada yang mengatakan kalau cinta itu tak dapat diungkapkan dengan kata – kata. Ada yang mengatakan cinta itu luar biasa, ada yang mengatakan pula cinta itu suatu permasalahan. Tapi banyak yang mengatakan cinta adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah. Benarkah itu?
Hakikat cinta yang sebenarnya sering menjadi bahan pencarian jati diri seluruh umat manusia, mereka mencari arti cinta yang sesungguhnya sampai mengorbankan financial dan kekuatan yang ada dalam dirinya. Setiap manusia memiliki perasaan ingin mencintai dan dapat dicintai. Tapi cinta yang sesungguhnya apa ditujukan untuk makhluk hidup? Atau mungkin untuk suatu benda?
Jawabanya TIDAK, Cinta yang sesungguhnya adalah Cinta dan taat kepada Allah SWT. Untuk lebih jelasnya mari kita kaji permasalahan yang dihadapi oleh Mr.A dalam menghadapi adiknya yang tengah jatuh cinta. Berikut permasalahannya yang ia ceritakan dalam bentuk pertanyaan kepada Dr. Amru Abu Khalil
Saya pernah memergoki adik saya yang berusia 17 tahun berkomunikasi via telepon dengan seorang gadis. Ketika saya menegurnya, ia berusaha berkelit dan tidak mengakuinya. Namun, beberapa hari kemudian, ia mengaku bahwa ia ajak bicara via telepon itu adalah wanita yang salah sambung ketika menelpon. Berawal dari kesalahan nomor telepon itulah ia mulai menjalin hubungan dengan gadis tersebut. Yang saya sesalkan, semenjak itu ia jadi tidak concern terhadap pelajaran sekolah. Saya telah berusaha menasihatinya agar menjauhkan diri dari hal – hal yang tidak penting seperti itu. Saya mengatakan bahwa hidup ini adalah hutang, hendaknya ia selalu memperkuat keimanannya kepada Allah.
Saya tidak pernah dapat berbicara panjang lebar dengannya. Saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat apakah saya harus memberitahukan hal ini kepada ayah saya? Saya telah berjanji kepada adik saya itu untuk tidak memberitahukan hal ini kepada ayah kami. Hal itu saya lakukan karena ayah saya orang yang selalu menjaga rahasia orang lain. Beliau sosok ayah yang menghadapi segala prsoalan dengan hati – hati, penuh pertimbangan, dan selalu menggunakann logika. Apakah saya harus menyembunyikan hal ini dan terus mengawasi adik saya? Terus terang saya khawatir ia terjerumus dalam permasalahan seperti ini dan khawatir akan azab dari Allah.
Mr.A
Jawaban DR. Amru Abu Khalil
Karena kau sudah berjanji kepada adikmu, maka sebaiknya janji tersebut tidak kaulanggar. Daripada kau hanya mengawasinya, alangkah lebih baik jika kau mendekat dan menjadi sahabatnya. Jadilh pendamping yang dekat dengannya. Janga bersikap seolah kau seorang juru nasihat atau pemberi peringatan. Akan tetapi , berusahalah menjadi teman sejati yang hanya menginginkan kemaslahatan tersebut karena kecintaan dan kasih sayangmu padanya. Buatlah adikmu merasa bahwa kau benar – benar mencintainya.
Kau benar – benar ingin mencarikan solusi bagi permasalahan yang menimpanya. Tunjukan pula bahwa kau memahami kondisinya. Artinya, teruskan usahamu memberikan pemahaman bagi perasaannya mengenai sikapnya yang senang berbicara dengan seorang wanita
Tunjukan pula bagaimana kau begitu memahami indahnya dapat berbicara dengan lawan jenis. Karena itu merupakan kecenderungan fitrah manusia. Akan tetapi, dengan sikap yang logis, berusahalah bertanya kepadanya tentang manfaat hubungan seperti ini. Apakah ia juga akan rela jika hal seperti ini terjadi pada saudara perempuannya sendiri?
Menghadapi para remaja usia puber, saya selalu menceritakan sikap Rasulullah SAW. Ketika menghadapi seorang pemuda yang mengeluhkan nafsu syahwat yang begitu menggebu. Ia memanggil Rasulullah dihadapan orang banyak di dalam Masjid. Ia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk melakukan zina. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina.”
Rasululah tidak meresponnya dengan emosi. Beliau sama sekali tidak membentaknya. Beliau hanya memanggilnya untuk mendekat. “Kemarilah!” kata beliau. Ucapan ini menunjukan betapa pentingnya bersikap seolah – olah kau begitu dekat dengan pemuda itu dan memahami perasaan mereka. Rasulullah kemudian berusaha berdialog dengannya secara logika.
“Apakah kaurela jika itu (perzinaan) terjadi pada ibumu?” tanya beliau.
Pemuda tersebut menggelengkan kepala tanda tidak rela.
“Apakah engkau rela jika hal itu terjadi pada putrimu, apakah engkau rela hal itu terjadi pada bibimu (dari ibu), apakah engkau rela hal itu terjadi pada bibimu (dari ayah)?” tanya beliau.
Pemuda tersebut tidak menginginkan hal itu terjadi pada mereka.
Rasulullah kemudian meletakkan tangan beliau di atas dada pemuda tersebut dan mendo’akannya. Selanjutnya, tidak ada hal lain yang lebih dibenci oleh pemuda tersebut selain perbuatan zina. (H.R. Muslim).
Sikap seperti inilah yang hendaknya kaugunakan menghadapi adikmu. Jika kau ingin menceritakannya kepada ayah kalian, hendaknya terlebih dahulu meminta kesepakatan adikmu itu. Artinya, kau memberitahukan maksudmu menceritakan kepada ayah kalian, yaitu ingin meminta pandangannya. Sikap seperti ini sebaiknya dilakukan jika persoalan ini memang benar – benar membutuhkan pertolongan dari ayah kalian. Sebelum melakukan langkah ini, berusahalah menjadi sahabat baginya. Cobalah berdialog panjang lebar, insya Allah kau akan menemukan solusi terbaik.
Jadi selama kita masih mengharapkan ridho Allah, maka secara otomatis Allah akan membalas dengan setimpal. Ketika kita mencintai Allah dengan mengamalkan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, maka Allahpun akan mencintai kita. Subhanallah. [sumber/islampos]
Sumber: Ikhwan Zone, Romantika dan Gaya Hidup Pubertas/Yusuf Al-Qaradhawi/Penerbit : Zikrul Hakim
Hakikat cinta yang sebenarnya sering menjadi bahan pencarian jati diri seluruh umat manusia, mereka mencari arti cinta yang sesungguhnya sampai mengorbankan financial dan kekuatan yang ada dalam dirinya. Setiap manusia memiliki perasaan ingin mencintai dan dapat dicintai. Tapi cinta yang sesungguhnya apa ditujukan untuk makhluk hidup? Atau mungkin untuk suatu benda?
Jawabanya TIDAK, Cinta yang sesungguhnya adalah Cinta dan taat kepada Allah SWT. Untuk lebih jelasnya mari kita kaji permasalahan yang dihadapi oleh Mr.A dalam menghadapi adiknya yang tengah jatuh cinta. Berikut permasalahannya yang ia ceritakan dalam bentuk pertanyaan kepada Dr. Amru Abu Khalil
Saya pernah memergoki adik saya yang berusia 17 tahun berkomunikasi via telepon dengan seorang gadis. Ketika saya menegurnya, ia berusaha berkelit dan tidak mengakuinya. Namun, beberapa hari kemudian, ia mengaku bahwa ia ajak bicara via telepon itu adalah wanita yang salah sambung ketika menelpon. Berawal dari kesalahan nomor telepon itulah ia mulai menjalin hubungan dengan gadis tersebut. Yang saya sesalkan, semenjak itu ia jadi tidak concern terhadap pelajaran sekolah. Saya telah berusaha menasihatinya agar menjauhkan diri dari hal – hal yang tidak penting seperti itu. Saya mengatakan bahwa hidup ini adalah hutang, hendaknya ia selalu memperkuat keimanannya kepada Allah.
Saya tidak pernah dapat berbicara panjang lebar dengannya. Saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat apakah saya harus memberitahukan hal ini kepada ayah saya? Saya telah berjanji kepada adik saya itu untuk tidak memberitahukan hal ini kepada ayah kami. Hal itu saya lakukan karena ayah saya orang yang selalu menjaga rahasia orang lain. Beliau sosok ayah yang menghadapi segala prsoalan dengan hati – hati, penuh pertimbangan, dan selalu menggunakann logika. Apakah saya harus menyembunyikan hal ini dan terus mengawasi adik saya? Terus terang saya khawatir ia terjerumus dalam permasalahan seperti ini dan khawatir akan azab dari Allah.
Mr.A
Jawaban DR. Amru Abu Khalil
Karena kau sudah berjanji kepada adikmu, maka sebaiknya janji tersebut tidak kaulanggar. Daripada kau hanya mengawasinya, alangkah lebih baik jika kau mendekat dan menjadi sahabatnya. Jadilh pendamping yang dekat dengannya. Janga bersikap seolah kau seorang juru nasihat atau pemberi peringatan. Akan tetapi , berusahalah menjadi teman sejati yang hanya menginginkan kemaslahatan tersebut karena kecintaan dan kasih sayangmu padanya. Buatlah adikmu merasa bahwa kau benar – benar mencintainya.
Kau benar – benar ingin mencarikan solusi bagi permasalahan yang menimpanya. Tunjukan pula bahwa kau memahami kondisinya. Artinya, teruskan usahamu memberikan pemahaman bagi perasaannya mengenai sikapnya yang senang berbicara dengan seorang wanita
Tunjukan pula bagaimana kau begitu memahami indahnya dapat berbicara dengan lawan jenis. Karena itu merupakan kecenderungan fitrah manusia. Akan tetapi, dengan sikap yang logis, berusahalah bertanya kepadanya tentang manfaat hubungan seperti ini. Apakah ia juga akan rela jika hal seperti ini terjadi pada saudara perempuannya sendiri?
Menghadapi para remaja usia puber, saya selalu menceritakan sikap Rasulullah SAW. Ketika menghadapi seorang pemuda yang mengeluhkan nafsu syahwat yang begitu menggebu. Ia memanggil Rasulullah dihadapan orang banyak di dalam Masjid. Ia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk melakukan zina. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina.”
Rasululah tidak meresponnya dengan emosi. Beliau sama sekali tidak membentaknya. Beliau hanya memanggilnya untuk mendekat. “Kemarilah!” kata beliau. Ucapan ini menunjukan betapa pentingnya bersikap seolah – olah kau begitu dekat dengan pemuda itu dan memahami perasaan mereka. Rasulullah kemudian berusaha berdialog dengannya secara logika.
“Apakah kaurela jika itu (perzinaan) terjadi pada ibumu?” tanya beliau.
Pemuda tersebut menggelengkan kepala tanda tidak rela.
“Apakah engkau rela jika hal itu terjadi pada putrimu, apakah engkau rela hal itu terjadi pada bibimu (dari ibu), apakah engkau rela hal itu terjadi pada bibimu (dari ayah)?” tanya beliau.
Pemuda tersebut tidak menginginkan hal itu terjadi pada mereka.
Rasulullah kemudian meletakkan tangan beliau di atas dada pemuda tersebut dan mendo’akannya. Selanjutnya, tidak ada hal lain yang lebih dibenci oleh pemuda tersebut selain perbuatan zina. (H.R. Muslim).
Sikap seperti inilah yang hendaknya kaugunakan menghadapi adikmu. Jika kau ingin menceritakannya kepada ayah kalian, hendaknya terlebih dahulu meminta kesepakatan adikmu itu. Artinya, kau memberitahukan maksudmu menceritakan kepada ayah kalian, yaitu ingin meminta pandangannya. Sikap seperti ini sebaiknya dilakukan jika persoalan ini memang benar – benar membutuhkan pertolongan dari ayah kalian. Sebelum melakukan langkah ini, berusahalah menjadi sahabat baginya. Cobalah berdialog panjang lebar, insya Allah kau akan menemukan solusi terbaik.
Jadi selama kita masih mengharapkan ridho Allah, maka secara otomatis Allah akan membalas dengan setimpal. Ketika kita mencintai Allah dengan mengamalkan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, maka Allahpun akan mencintai kita. Subhanallah. [sumber/islampos]
Sumber: Ikhwan Zone, Romantika dan Gaya Hidup Pubertas/Yusuf Al-Qaradhawi/Penerbit : Zikrul Hakim
0 Response to "Wahai Rasulullah, Izinkan Aku Berzina"
Posting Komentar